Sabtu, 20 Desember 2014

Tugas Sejarah Intelektual

Litha Verlisya Putri Bunyamin
120210302067
Kelas A



“Imperialisme Baru” Karya David Harvey
 “Siapa yang mengontrol minyak Timur Tengah, maka dia telah mengontrol keran minyak dunia. Dan siapapun yang sudah mengontrol keran minyak dunia, maka dia sudah mengontrol ekonomi global,” demikian kata David Harvey dalam bukunya “Imperialisme Baru”, yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Resist Book.
Pengertian Imperialisme
Bangsa Eropa mempercayai bahwa kelangsungan negara industri sangat membutuhkan kerja sama dengan tanah jajahannya. Akibatnya, dalam Abad XIX Eropa melakukan ekspansi ke berbagai negara di dunia. Motif – motif ekspansi Abad XIX yang dilakukan oleh berbagai negara Eropa adalah akibat Revolusi Industri, motif agama dan kemanusiaan, serta pertimbangan prestise. Berbagai motif ekspansi Eropa mendorong lahirnya imperialisme moderen.
Istilah imperialisme diperkenalkan pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an, suatu kata atau istilah yang merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”. Ketika itu, istilah ini diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris ketika itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa yang paling berkuasa (Greater Britain), karena mereka pada kenyataannya telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan mulia, yaitu untuk memajukan dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada saat itu dipandang masih terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan menurut mnereka adalah untuk kebaikan dunia.
Secara bahasa kata imperialisme berasal dari kata "imperare" yang artinya adalah usaha suatu negara untuk menguasai negara lain demi kepentingan ekonomi, politik, dan budaya agar mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi negaranya. Dari Situ kemudian berkembang istilahimperator yaitu sebutan untuk orang yang berkuasa atas suatu wilayah. Sedangkan wilayah kekuasaannya kemudian disebut dengan imperium.
Konsep “Imperialisme” sebenarnya merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan menguasai negara – negara diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin. Akan tetapi kata “imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan tujuan untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar Eropa tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme dalam prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh suatu bangsa atas bangsa lain, sehingga  pada prinsipnya tujuan utama imperialisme itu sendiri adalah untuk menambah hasil ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah (Gold). Negara-negara imperialis pada kenyataannya justru hanya ingin memperoleh keuntungan dari negeri – negeri yang mereka kuasai. Selain faktor ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh satu kepercayaan atau anggapan bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia atau lebih baik kedudukannya di muka bumi dari pada bangsa yang lain,  atau yang disebut dengan  istilah “ethnosentrism”. Bangsa Jerman (Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara contoh bangsa-bangsa didunia yang menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang menyumbang pada dikembangkannya konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan dari suatu bangsa yang ingin mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, Inggris dan juga Jepang adalah contoh terbaik yang membangun dasar imperialisme mereka dari pandangan yang seperti itu
Dari sekian banyak defenisi mengenai imperialisme, Harvey memahami imperialisme kapitalis (baca: capitalist imperialism) sebagai sebuah perpaduan kontradiktif antara perpolitikan negara dan imperium serta proses molekular dari akumulasi modal.
Negara dan modal, menurut david harvey, tidaklah identik. Negara, misalnya, dilihatnya beroperasi di wilayah yang tetap dan hanya berubah melalui proses demokratis. Sedangkan kapitalis, pada sisi lain, selalu berkembang dalam ruang dan waktu secara terus-menerus, datang dan pergi, bergeser lokasi, memindahkan sumber daya dan mengambil keputusan secara sepihak.Meskipun mengaku logika kapitalis dan teritorial berbeda satu sama lain, tetapi Harvey menekankan bahwa keduanya bisa terjalin secara kompleks dan kadang-kadang kontradiktif.
Harvey berpendapat bahwa kebanyakan literatur tentang imperialisme mengasumsikan bahwa proses ekonomi dan politik dipandu oleh negara dan imperium, dan karenanya dipandu oleh motivasi kapitalis. “Kedua logika ini sering berlawanan, dan kadang berkontradiksi secara langsung,” katanya.
Menurut Kelik Ismunanto, ketika berusaha menjelaskan teori Harvey ini, Imperialisme bisa memiliki dua makna sekaligus, yaitu: pertama, sebagai proyek politik khusus dari pelaku-pelaku/aktor-aktor yang kekuasaannya didasarkan pada komando atas satu teritori dan pada kapasitas untuk memobilisir sumberdaya manusia dan alamnya untuk tujuan politik, ekonomi dan militer. Sementara disisi lain, Imperialisme dalam posisinya sebagai suatu proses ekonomi-politik yang lintas ruang dan waktu dimana didalamnya komando atas dan pemanfaatan kapital menjadi hal yang utama (proses-proses molekular dari akumulasi kapital dalam ruang dan waktu).
Dalam makna yang pertama, penggunaan dan pendekatan politik, diplomasi dan militer seringkali digunakan untuk meneguhkan kepentingan-kepentingannya. Sementara tipologi yang belakangan dicirikan dengan cara-cara dimana kekuasaan ekonomi mengalir disepanjang dan melalaui ruang yang kontinyu menuju atau menjauh dari entitas teritori tertentu.
David Harvey, sebagaima Ellen Wood, berpendapat bahwa negara bangsa punya fungsi dalam imperialisme baru dengan dua jalan: pertama, sebagai kekuatan politik, yaitu melakukan pemeliharaan ketertiban sosial, kepastian, stabilitas dan regulasi dan pengendalian peredaran tenaga kerja, modal dan barang. Kedua, negara bangsa sebagai teritori tertutup oleh perbatasan, dapat membuat rezim perbatasan dan unit spasial dasar untuk restrukturisasi tata ruang, pembangunan yang tidak merata dan kontrol sirkulasi dan regulasi.
Imperialisme Lama dan Imperialisme Baru
Dalam sejarah, imperialisme yang dilakukan oleh negara-negara kuat dibedakan menjadi dua macam yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Keduanya memiliki kesamaan tujuan yaitu menguasai suatu daerah untuk kepentingan pribadi negara imperialis. Adapun perbedaan dari kedua imperialisme tersebut adalah sebagai berikut :

Jenis
Imperialisme Kuno
Imperialisme Modem
Dari waktu terjadinya


Dari segi kepentingan







Negara pelopor
Terjadi sebelum revolusi industri.

Berpijak pada semboyan 3G
(Go/d, Gospel, Glory).
Gold: memperoleh kekayaan
yang sebanyak-banyaknya
Gospel: menyebarkan agama.
Glory: memperoleh kejayaan politik (kekuasaan).

Portugis dan Spanyol
Terjadi setelah Revolusi Industri.

Menguasai suatu daerah untuk
kepentingan industri yaitu:
Tempat mendapatkan bahan
mentah.
Tempat memasarkan hasil.
Tempat menanam modal.


Inggris
.






Dalam menggambarkan soal imperialisme dewasa ini, David Harvey mencoba mengambil analisa Rosa Luxemburg yang tersampaikan seratus tahun yang lalu. Menurut Luxembug, proses akumulasi kapital terjadi melalui dua jalan: Pertama, beroperasi melalui eksploitasi di tempat kerja, dan itu berlangsung secara ekonomis dan transparan. Kedua, melalui kebijakan kolonial dan terlihat secara telanjang; pemaksaan, perampokan, dan penjarahan.
Menurut Harvey, konsep Luxemburg mengenai “tahap asli kapitalisme” tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang terjadi hanya di awal kolonialisme. Demikian juga mengenai konsep Marx tentang akumulasi primitif. Bagi Harvey, hal-hal yang dijelaskan oleh Luxemburg dan Marx mengenai akumulasi primitif masih terjadi hingga sekarang ini.
Harvey menyebut fenomena itu dengan istilah “accumulation by dispossession”. Apa yang dijelaskan Marx sebagai akumulasi primitif, seperti penghapusan paksa keberadaan kaum tani dan cara-cara barbar dalam akumulasi lainnya, masih terjadi sampai sekarang. bahkan, bagi seorang Harvey, proses privatisasi yang menjadi agenda neoliberal saat ini hampir serupa dengan apa yang dijelaskan oleh Marx sebagai akumulasi primitif.
Dalam konteks ini, menurut Harvey, kaum borjuis Amerika sekarang ini telah menemukan cara yang pernah dipergunakan borjuis Inggris di abad ke-19, yaitu perampokan, sebagai cara pertama akumulasi modal dan akan terus dilakukan untuk menjaga motor akumulasi tetap berjalan.
Akan tetapi, apa yang membedakan imperialisme sekarang dan abad 19, katakanlah di Inggris dan Perancis, adalah bahwa imperialisme sekarang ini tidak bekerja dengan apa yang disebut kontrol aktif terhadap teritori (wilayah). Tentunya dengan pengecualian Irak, kata Harvey (dan penambahan Libya dan kasus Timur Tengah, hari ini).
Sekarang ini, imperialisme AS menjalankan agenda imperialistisnya dengan strategi ganda: pertama, melalui pemaksaan kekuasaan ekonominya, dengan menggunakan lembaga semacam IMF, Bank Dunia, dan WTO, yang membuat agenda imperialisme Amerika bisa beroperasi secara bebas di berbagai negara. strategi kedua, yang ini sudah berlangsung sudah cukup lama, adalah bagaimana Amerika serikat berusaha menemukan sekutu lokal yang kuat, dengan bantuan militer dan dana, untuk menjalankan kepentingan-kepentingan imperialistisnya. Inilah yang terjadi dengan rejim Somoza di Nikaragua, Pinochet di Chile, Pahlevi di Iran, dan Soeharto di Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar