120210302067
Kelas A
“Imperialisme
Baru” Karya David Harvey
“Siapa yang mengontrol minyak Timur Tengah,
maka dia telah mengontrol keran minyak dunia. Dan siapapun yang sudah
mengontrol keran minyak dunia, maka dia sudah mengontrol ekonomi global,”
demikian kata David Harvey dalam bukunya “Imperialisme Baru”, yang diterbitkan
dalam bahasa Indonesia oleh Resist Book.
Pengertian Imperialisme
Bangsa Eropa mempercayai bahwa
kelangsungan negara industri sangat membutuhkan kerja sama dengan tanah
jajahannya. Akibatnya, dalam Abad XIX Eropa melakukan ekspansi ke berbagai
negara di dunia. Motif – motif ekspansi Abad XIX yang dilakukan oleh berbagai
negara Eropa adalah akibat Revolusi Industri, motif agama dan kemanusiaan,
serta pertimbangan prestise. Berbagai motif ekspansi Eropa mendorong lahirnya
imperialisme moderen.
Istilah
imperialisme diperkenalkan pertamakali adalah di Perancis pada tahun 1830-an,
suatu kata atau istilah yang merujuk kepada “imperium Napoleon Bonaparte”.
Ketika itu, istilah ini diperkenalkan oleh seorang penulis Inggris untuk
menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan
Inggris. Orang Inggris ketika itu beranggapan bahwa merekalah sebenarnya bangsa
yang paling berkuasa (Greater Britain), karena mereka pada kenyataannya telah
banyak menguasai dan menjajah di wilayah – wilayah diluar Eropa semisal Asia
dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan pada dasarnya adalah bertujuan
mulia, yaitu untuk memajukan dan membangun masyarakat diluar Eropa yang pada
saat itu dipandang masih terbelakang (primitif), dan oleh karenya penjajahan
menurut mnereka adalah untuk kebaikan dunia.
Secara bahasa kata
imperialisme berasal dari kata "imperare" yang
artinya adalah usaha suatu negara untuk menguasai negara lain demi kepentingan
ekonomi, politik, dan budaya agar mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi
negaranya. Dari Situ kemudian berkembang istilahimperator yaitu
sebutan untuk orang yang berkuasa atas suatu wilayah. Sedangkan wilayah
kekuasaannya kemudian disebut dengan imperium.
Konsep
“Imperialisme” sebenarnya merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan
ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa , untuk mengawal dan
menguasai negara – negara diluar Eropa yang dianggap terbelakang dan miskin.
Akan tetapi kata “imperialisme” pada kenyataannya juga tidak terlepas dengan
tujuan untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara - negara luar
Eropa tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya.
Imperialisme dalam prakteknya justru menonjolkan sifat-sifat keunggulan
(hegemony) oleh suatu bangsa atas bangsa lain, sehingga pada prinsipnya tujuan utama imperialisme itu
sendiri adalah untuk menambah hasil ekonomi atau kekayaan bagi negeri penjajah
(Gold). Negara-negara imperialis pada kenyataannya justru hanya ingin
memperoleh keuntungan dari negeri – negeri yang mereka kuasai. Selain faktor
ekonomi, kaum imperialis juga terdorong oleh satu kepercayaan atau anggapan
bahwa suatu bangsa tertentu adalah lebih mulia atau lebih baik kedudukannya di
muka bumi dari pada bangsa yang lain,
atau yang disebut dengan istilah
“ethnosentrism”. Bangsa Jerman (Arya), Jepang, dan Italia adalah diantara
contoh bangsa-bangsa didunia yang menganut pandangan tersebut. Faktor lain yang
menyumbang pada dikembangkannya konsep “imperialisme” adalah, adanya perasaan
dari suatu bangsa yang ingin mencapai taraf sebagai bangsa yang besar dan
memerintah dunia, Inggris dan juga Jepang adalah contoh terbaik yang membangun
dasar imperialisme mereka dari pandangan yang seperti itu
Dari sekian banyak defenisi mengenai
imperialisme, Harvey memahami imperialisme kapitalis (baca: capitalist
imperialism) sebagai sebuah perpaduan kontradiktif antara perpolitikan negara
dan imperium serta proses molekular dari akumulasi modal.
Negara dan modal, menurut david
harvey, tidaklah identik. Negara, misalnya, dilihatnya beroperasi di wilayah
yang tetap dan hanya berubah melalui proses demokratis. Sedangkan kapitalis,
pada sisi lain, selalu berkembang dalam ruang dan waktu secara terus-menerus,
datang dan pergi, bergeser lokasi, memindahkan sumber daya dan mengambil
keputusan secara sepihak.Meskipun mengaku logika kapitalis dan teritorial
berbeda satu sama lain, tetapi Harvey menekankan bahwa keduanya bisa terjalin
secara kompleks dan kadang-kadang kontradiktif.
Harvey berpendapat bahwa kebanyakan
literatur tentang imperialisme mengasumsikan bahwa proses ekonomi dan politik
dipandu oleh negara dan imperium, dan karenanya dipandu oleh motivasi
kapitalis. “Kedua logika ini sering berlawanan, dan kadang berkontradiksi
secara langsung,” katanya.
Menurut Kelik Ismunanto, ketika
berusaha menjelaskan teori Harvey ini, Imperialisme bisa memiliki dua makna
sekaligus, yaitu: pertama, sebagai proyek politik khusus dari
pelaku-pelaku/aktor-aktor yang kekuasaannya didasarkan pada komando atas satu
teritori dan pada kapasitas untuk memobilisir sumberdaya manusia dan alamnya
untuk tujuan politik, ekonomi dan militer. Sementara disisi lain, Imperialisme
dalam posisinya sebagai suatu proses ekonomi-politik yang lintas ruang dan waktu
dimana didalamnya komando atas dan pemanfaatan kapital menjadi hal yang utama
(proses-proses molekular dari akumulasi kapital dalam ruang dan waktu).
Dalam makna yang pertama, penggunaan
dan pendekatan politik, diplomasi dan militer seringkali digunakan untuk
meneguhkan kepentingan-kepentingannya. Sementara tipologi yang belakangan
dicirikan dengan cara-cara dimana kekuasaan ekonomi mengalir disepanjang dan
melalaui ruang yang kontinyu menuju atau menjauh dari entitas teritori
tertentu.
David Harvey, sebagaima Ellen Wood,
berpendapat bahwa negara bangsa punya fungsi dalam imperialisme baru dengan dua
jalan: pertama, sebagai kekuatan politik, yaitu melakukan pemeliharaan
ketertiban sosial, kepastian, stabilitas dan regulasi dan pengendalian
peredaran tenaga kerja, modal dan barang. Kedua, negara bangsa sebagai teritori
tertutup oleh perbatasan, dapat membuat rezim perbatasan dan unit spasial dasar
untuk restrukturisasi tata ruang, pembangunan yang tidak merata dan kontrol
sirkulasi dan regulasi.
Imperialisme Lama dan Imperialisme
Baru
Dalam sejarah,
imperialisme yang dilakukan oleh negara-negara kuat dibedakan menjadi dua macam
yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Keduanya memiliki kesamaan
tujuan yaitu menguasai suatu daerah untuk kepentingan pribadi negara
imperialis. Adapun perbedaan dari kedua imperialisme tersebut adalah sebagai
berikut :
Jenis
|
Imperialisme Kuno
|
Imperialisme Modem
|
Dari waktu terjadinya
Dari segi kepentingan
Negara pelopor
|
Terjadi sebelum revolusi industri.
Berpijak pada semboyan 3G
(Go/d, Gospel, Glory).
Gold: memperoleh kekayaan
yang sebanyak-banyaknya
Gospel: menyebarkan agama.
Glory: memperoleh kejayaan politik
(kekuasaan).
Portugis dan Spanyol
|
Terjadi setelah Revolusi Industri.
Menguasai suatu daerah untuk
kepentingan industri yaitu:
Tempat mendapatkan bahan
mentah.
Tempat memasarkan hasil.
Tempat menanam modal.
Inggris
|
.
Dalam menggambarkan soal imperialisme dewasa ini,
David Harvey mencoba mengambil analisa Rosa Luxemburg yang tersampaikan seratus
tahun yang lalu. Menurut Luxembug, proses akumulasi kapital terjadi melalui dua
jalan: Pertama, beroperasi melalui eksploitasi di tempat kerja, dan itu
berlangsung secara ekonomis dan transparan. Kedua, melalui kebijakan kolonial
dan terlihat secara telanjang; pemaksaan, perampokan, dan penjarahan.
Menurut Harvey, konsep Luxemburg
mengenai “tahap asli kapitalisme” tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang
terjadi hanya di awal kolonialisme. Demikian juga mengenai konsep Marx tentang
akumulasi primitif. Bagi Harvey, hal-hal yang dijelaskan oleh Luxemburg dan
Marx mengenai akumulasi primitif masih terjadi hingga sekarang ini.
Harvey menyebut fenomena itu dengan
istilah “accumulation by dispossession”. Apa yang dijelaskan Marx sebagai
akumulasi primitif, seperti penghapusan paksa keberadaan kaum tani dan
cara-cara barbar dalam akumulasi lainnya, masih terjadi sampai sekarang.
bahkan, bagi seorang Harvey, proses privatisasi yang menjadi agenda neoliberal
saat ini hampir serupa dengan apa yang dijelaskan oleh Marx sebagai akumulasi
primitif.
Dalam konteks ini, menurut Harvey,
kaum borjuis Amerika sekarang ini telah menemukan cara yang pernah dipergunakan
borjuis Inggris di abad ke-19, yaitu perampokan, sebagai cara pertama akumulasi
modal dan akan terus dilakukan untuk menjaga motor akumulasi tetap berjalan.
Akan tetapi, apa yang membedakan
imperialisme sekarang dan abad 19, katakanlah di Inggris dan Perancis, adalah
bahwa imperialisme sekarang ini tidak bekerja dengan apa yang disebut kontrol
aktif terhadap teritori (wilayah). Tentunya dengan pengecualian Irak, kata
Harvey (dan penambahan Libya dan kasus Timur Tengah, hari ini).
Sekarang ini, imperialisme AS
menjalankan agenda imperialistisnya dengan strategi ganda: pertama, melalui
pemaksaan kekuasaan ekonominya, dengan menggunakan lembaga semacam IMF, Bank
Dunia, dan WTO, yang membuat agenda imperialisme Amerika bisa beroperasi secara
bebas di berbagai negara. strategi kedua, yang ini sudah berlangsung sudah
cukup lama, adalah bagaimana Amerika serikat berusaha menemukan sekutu lokal
yang kuat, dengan bantuan militer dan dana, untuk menjalankan
kepentingan-kepentingan imperialistisnya. Inilah yang terjadi dengan rejim
Somoza di Nikaragua, Pinochet di Chile, Pahlevi di Iran, dan Soeharto di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar